Jumat, 06 November 2015

Penyuluhan kepada Petani

Video 1. Penyuluhan Kelompok 3 Praktikum DPKP kepada Petani

Gambar 1. Praktikan Berpose dengan Petani

Gambar 2. Praktikan Berpose dengan Petani

Gambar 3. Praktikan dan Petani Memperlihatkan Alat Peraga Folder

Gambar 4. Petani sedang Memperlihatkan Alat Peraga Folder

Gambar 5. Praktikan sedang Melakukan Penyuluhan ke Petani

Kamis, 08 Oktober 2015

Alat Peraga Penyuluhan Pertanian

Setelah kami melakukan kunjungan ke kelompok petani budidaya ikan di Kecamatan Sedayu. Kami menyimpulkan bahwa masalah utama yang dihadapi Kelompok Rukun Muda adalah adanya bercak merah pada ikan yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Sehingga banyak ikan yang mati. Karena permasalahan tersebut, kami membuat solusi dengan alat peraga penyuluhan berupa folder.
Alat peraga yang digunakan adalah folder. Folder merupakan selembar kertas yang dilipat menjadi 3, berisikan tulisan daripada gambar serta ditujukan pada sasaran untuk mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan pada tahap minat, menilai dan mencoba. Adapun kelebihan dan kekurangan dari folder antara lain :
1.      Kelebihan
*      Lentur
*      Sangat terkendali
*      Biaya relative rendah
*      Peluang interaktif
*      Menarik perhatian
*      Lebih efektif dan efisien
*      Sasaran lebih besar bahkan menjadi bersifat massal
2.      Kekurangan
*      Kurang tepat bila digunakan pada masyarakat yang memiliki kemampuan baca rendah atau buta huruf,
*      Kurang cepat mencapai sasaran, apabila dipakai sebagai satu-satunnya teknik untuk menyampai pesan di daerah pedesaan dan apabila tidak disiapkan secara seksama dan hati-hati justru akan kehilangan arti maksud dan tujuannya.

Gambar 1. Folder Tampak Bagian Depan

Gambar 2. Folder Tampak Bagian Belakang

Rabu, 07 Oktober 2015

Kunjungan Praktikum Dasar-dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ke Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 1. BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta
Kegiatan penyuluhan merupakan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.  Dapat dilakukan melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal secara efektif dan efisien. Pada penyuluhan pertanian dibekali ilmu pengetahuan serta keterampilan dan teknologi terhadap adanya inovasi baru pertanian, memberikan konsep dasar pertanian yang kooperatif, inovatif serta kreatif. Penyuluhan pertanian dilakukan oleh beberapa kelembagaan penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan memiliki tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan penyuluhan.
Lembaga penyuluhan provinsi DIY yang kami kunjungi tanggal 29 September 2015 adalah Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) yang berlokasi di Jalan Gondosuli Nomor 6 Yogyakarta (Timur stadion sepak bola Mandala Krida). Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta berdiri sejak bulan Januari tahun 2009. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 7).
Gambar 1. Gedung Sayap Utara 2
Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 57 tahun 2008 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan serta koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan perkebunan. Saat ini di BKPP terdapat Sekretariat, Pejabat Fungsional Penyuluh Pertanian, Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) dan empat bidang yang saling terkait satu sama lain dalam melaksanakan tugas dan fungsinya guna mencapai tujuan BKPP , keempat Bidang tersebut adalah :
1.      Bidang Ketersediaan Pangan
2.      Bidang Distribusi Pangan Bidang
3.      Konsumsi dan Kewaspadaan Pangan
4.      Bidang Koordinasi Penyuluhan
Kelembagaan lain yang terkait dengan BKPP adalah :
1.      Dewan Ketahanan Pangan
2.      Lembaga Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
3.      Komisi Penyuluhan.
Visi Badan ketahanan dan penyuluhan DIY yaitu “Mewujudkan ketahanan pangan yang kuat, berkarakter dan berbudaya secara berkelanjutan melalui tercapainya kemandirian dan kedaulatan pangan didukung oleh sistem penyuluhan yang efektif dan efisien”
Misi Badan Ketahanan dan penyuluhan yaitu:
1.    Meningkatkan kewaspadaan pangan dan menjaminketersediaan serta akses pangan yang berkelanjutan untuk antisipasi kerawanan pangan .
2.     Meningkatkan mutu konsumsi dan diversifikasi pangan berbasis karakter dan budaya local
3.     Memantapkan kelembagaan dan penanganan keamanan pangan
4.     Meningkatkan keterjangkauan pangan melalui pengaturan sistem distribusi, harga dan akses pangan
5.  Meningkatkan kemampuan dan peranserta kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ketahanan pangan dan penyuluhan
6.    Mengembangkan sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan sesuai karakter dan budaya lokal dan kebutuhan petani, nelayan dan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Struktur Organisasi
Struktur Organisasi BKPP DIY saat ini (per Januari 2015) adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Struktur Organisasi BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta 2015
Bagan Struktur Organisasi BKPP DIY di atas berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Senin, 05 Oktober 2015

Wawancara bersama Kelompok Tani Ikan di Desa Agromulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta



Gambar 1. Petani sedang memberi pakan ikan
Pada hari sabtu tanggal 19 September 2015, kami melakukan kunjungan ke salah satu kelompok petani yang berada di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kami adalah kelompok praktikum Dasar-dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang ditugaskan untuk mencari tahu permasalahan yang dihadapi oleh petani atau nelayan. Permasalahan-permasalahan tersebut nantinya akan kami kaji untuk mendapatkan solusi. Setelah itu kami akan memberikan suatu penyuluhan tentang solusi yang akan diberikan dalam menghadpi masalah kelompok tani yang kita kunjungi.
Sebelum menuju ke Sedayu, kami berempat berkumpul di kampus terlebih dahulu jam 14.00 WIB. Bisa dibayangkan, cuaca waktu itu sangat panas apalagi musim kemarau. Kami sempat berdebat dengan lokasi yang akan kami tuju, karena maklum kami hanya cewek-cewek yang tidak terlalu hafal jalan. Setelah tanya berkali-kali pada masyarakat akhirnya kami mendapatkan info tentang kelompok petani ikan yang ada di Kecamatan Sedayu. Ternyata kelompok tani tersebut telah menjadi usaha individu. Kami pun diberi info tentang kelompok tani lainnya. Nama ketuanya adalah Pak Wawan. Sempat nyasar sedikit, namun kami sampai juga di kediaman Pak Wawan. Namun kelompok tani Pak Wawan sudah dikunjungi oleh dua kelompok praktikum lainnya. Kami diberi informasi lagi bahwa masih ada kelompok tani yang perlu diberi motivasi. Seperti biasanya, kami bertanya sana sini. Dan alhasil kami sampai di rumah Pak Nurhadi ketua Kelompok Tani Rukun Muda. Tetapi, kami disuruh beliau ke rumah sekretarisnya karena yang lebih mengetahui teknis dan medannya adalah Pak Ruli.
            Kelompok petani budidaya ikan yang kami wawancarai namanya adalah Rukun Muda yang mempunyai visi untuk mensejahterakan anggota kelompok. Kelompok ini didirikan pada tahun 2011. Yang beralamat di Dusun Samben RT 03 RW 03, Desa Agromulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kelompok Rukun Muda terdiri dari 20 anggota yang diketuai oleh Bapak Nur Hadi. Anggota ada yang berlatar belakang masih sekolah, kuliah, buruh, guru, karyawan dan lain-lain karena budidaya ikan ini masih bersifat pekerjaan sambilan.
            Awal mula terbentuknya kelompok Rukun Muda ialah munculnya ide untuk memanfaatkan lahan pertanian yang kurang produktif di Desa. Lahan tersebut kemudian digali dan di buat kolam ikan yang berjumlah 20, dimana masing-masing anggota mendapatkan 1 kolam. Luas semua lahan kolam dan tanggul tersebut yakni 1504 m2. Penyewaan lahan  Rp 900,00 per meter dibayarkan ke sewa kas Desa setahun sekali. Jadi uang yang perlu dikeluarkan oleh kelompok Rukun Muda dalam setahun untuk penyewaan lahan Rp 1.353.600,00. Jenis usaha budidaya ini adalah pembesaran ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele, patin, gurame, dan nila. Benih ikan dibeli dari kelompok budidaya ikan lainnya yang ada di Sedayu. Setelah ikan besar, kolam akan dialihkan menjadi pemancingan dan rumah makan. Namun ada juga pemborong yang membeli ikan secara langsung. Apabila dihitung, keuntungan yang didapatkan selama 3 bulan rata-rata Rp 1.000.000,00 per kolam. Masalah yang ada di kelompok Rukun Muda yaitu ketersediaan modal, pemberian pakan pelet pada ikan terlalu banyak sehingga menjadi boros, adanya bintik merah pada ikan yang bersisik, kualitas airnya kurang bagus, tidak semua anggota berperan aktif dalam kelompok, manajemen pengelolaan kelompok kurang, produksi ikan hanya sedikit sehingga keuntungannya tidak banyak dan kurangnya pengetahuan dari sumber daya manusianya.
            Rencana solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada pada kelompok Rukun Muda adalah :
1.      Menjelaskan kiat-kiat untuk mendapatkan peminjaman modal dari Bank.
2.      Pengalihan pakan pelet pada ikan lele.
3.      Pemberian obat atau cara untuk mengobati penyakit ikan dengan cara tradional yang ampuh, mudah dan murah.
4.      Penambahan bahan atau obat agar ikan mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap lingkungan yang buruk.
Memberikan tips-tips manajemen dan pengetahuan dalam mengelola budidaya ikan tersebut agar produksi ikan yang dihasilkan tinggi dan keuntungannya juga banyak.


Yogyakarta, 04 Oktober 2015

Jumat, 18 September 2015



Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dengan Pertanian Organik




Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dengan Pertanian Organik – Sebagai Negara yang beriklim tropis, Indonesia tentu akrab dengan kehidupan pertanian atau agraris. Maka menjadi sangat penting bagi Negara ini untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Selain sebagai sebuah kekuatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga sebagai sarana untuk meningkatkan pembangunan kehidupan sosial masyarakatnya. Melihat berbagai aspek di Indonesia, selain faktor alamiah seperti yang dijelaskan diatas, untuk membangun pertanian di Negara ini konsep dan istilah yang sesuai salah satunya adalah pembangunan pertanian berkelanjutan dengan pertanian organik seperti judul diatas.
pert organik
Pertanian merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seorang petani untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam proses ini, petani bertindak sebagai manajer atas tanah, tumbuhan maupun sumber daya lainnya yang dibutuhkan, misalnya pupuk, agar produk tersebut memiliki ciri khas. Tujuannya agar produk tetap memiliki daya saing yang tinggi. Agar daya saing tinggi ini tercipta, maka pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan dengan pertanian organik menjadi lebih tepat di Indonesia karena:
  • Pertumbuhan penduduknya cepat,
  • Tingkat inflasi tinggi,
  • Keadaan geografis wilayah tidak sama, bahkan cenderung memiliki perbedaan tajam.
Pertumbuhan penduduk yang meningkat dengan cepat membuat kebutuhan pangan juga semakin tinggi. Di sisi lain, ketersediaan sumber daya manusia juga melimpah yang salah satunya disebabkan karena inflasi cenderung naik dari tahun ke tahun membuat harga semakin mahal akan tetapi daya beli turun. Membuat peluang pekerjaan semakin mengecil. Begitu juga dengan keadaan geografis di beberapa wilayah, tidak mendukung untuk distribusi pupuk secara merata. Maka pilihannya tentu adalah penggunaan bahan-bahan organic. Selain karena harga, juga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Maka pembangunan pertanian berkelanjutan dengan pertanian organik akan membangun manusia Indonesia yang memiliki ekonomi tangguh dan kehidupan social yang mapan (pengangguran berkurang, kriminalitas berkurang).Selain itu penggunaan sumber daya organik (non kimia) maka kesehatan masyarakat juga akan meningkat, dan produk tetap memiliki daya saing yang tinggi. Karena beberapa alasan inilah maka ada baiknya Pemeritah mulai memberdayakan kembali para penyuluh pertanian agar mensosialisasikan pembangunan pertanian berkelanjutan dengan pertanian organik ini. Karena dapat dikatakan para penyuluh ini adalah ujung tombak kemajuan pertanian di Negara tercinta kita.

sumber : http://jokowarino.id/potensi-tanaman-artemisia-annua-l-sebagai-obat-malaria/

Siti Komariah /13076/A2-1

Modernisasi Irigasi untuk Pengoperasian yang Lebih Sederhana, Efisien dan Efektif

Kategori: Artikel Pertanian Diterbitkan pada 10 Juni 2015
17ab

Untuk menjawab tantangan yang terjadi di bidang irigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Direktorat Irigasi melaksanakan Workshop Modernisasi DI Rentang Lesson Learned Desain dan Metodologi Pelaksanaan Pembangunan dan Rehabilitasi Irigasi di Pendopo Sapta Taruna (4/6) Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai dan Balai Wilayah Sungai serta seluruh Sartuan Kerja se-Indonesia.
Tujuan diadakannya kegiatan ini juga dalam rangka peningkatan kualitas manajemen air dan irigasi di Indonesia yang nantinya turut menunjang hasil produksi pertanian di Indonesia. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA), Mudjiadi, mengatakan bahwa ada tiga permasalahan besar dalam hal irigasi yakni seputar air, jaringan dan manajemen air. Dalam hal air dan irigasi, menurut pandangan Dirjen SDA ada lima hal yang penting dikedepankan, seperti bagaimana penyiapan keandalan penyediaan infrastruktur irigasi melalui peningkatan daya tampung air serta meningkatkan efisiensi. Dikatakan Mudjiadi, "dalam lima tahun ke depan target kita (Ditjen SDA) akan menjadi 15%, dengan kata lain harus dapat meningkatkan sekitar 350.000 ha lahan irigasi. Namun, sebenarnya target ini lebih rendah dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang menargetkan peningkatkan 9%, atau dari 11% ke 20% dengan perhitungan peningkatkan seluas 650.000 ha.
Di masa mendatang, irigasi akan dibagi menjadi dua hal, yakni irigasi premium dan irigasi bukan premium. Irigasi premium adalah irigasi yang airnya terjamin dengan adanya ketersediaan pasokan air dari bendungan. "Kita telah menargetkan bahwa nanti di tahun 2017, tingkat kerusakan bendungan akan kurang dari 5%", jelas Mudjiadi.
Hal kedua yang penting, yaitu penyempurnaan sistem irigasi. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah planning, sistem operasi, maintenance dan monitoring irigasi telah diperhitungkan secara matang terlebih dahulu sebelum mengusulkan pembangunan jaringan irigasi baru. Hal ini sejalan dengan modernisasi yang kita laksanakan, karena modernisasi bertujuan bagaimana memudahkan sistem operasi. "Bila kita berbicara irigasi secara keseluruhan, maka kita memerlukan kesuksesan dari kegiatan monitoring, yang sangat memerlukan penggunaan teknologi informasi", tegas Dirjen SDA lagi.
Khusus untuk irigasi besar yang memiliki luas minimal di atas 10.000 ha, tidak pelak lagi harus memiliki operation room. Dikatakan Dirjen SDA bahwa di tahun depan Ditjen SDA harus sudah memiliki pilot project berkaitan dengan hal itu. Operation Room ini nantinya akan berlokasi di lantai 3 gedung Menteri, dan merupakan hasil kerja sama dengan Korea. " Saya mohon agar dari sekarang hal-hal tersebut dapat mulai kita set-up", Mudjiadi mengarahkan.
Hasil yang diharapkan dari keseluruhan proses manajemen air dan modernisasi irigasi adalah didapatkannya kepastian waktu, peningkatan kualitas hasil konstruksi, serta pengerjaan yang lebih sederhana dan simpel. "Mesti diingat, bahwa selama ini salah satu kelemahan kita adalah dalam hal quality control", jelas Dirjen SDA lagi. Sering kali direncanakan dan ditetapkan kekuatan konstruksi dalam hitungan tahun, semisal 20 tahun, namun tidak ada yang dapat sangat yakin dan pasti akan keakuratan prediksinya. Hal ini terletak pada kurangnya quality control yang dilaksanakan.
Hal keempat adalah pengelolaan institusi pengelola irigasi. Saat ini terdapat Unit Pengelola Irigasi yang terdiri top management hingga low management. Tidak menutup kemungkinan bahwa nanti unit pengelola irigasi ini akan dijadikan manajemen secara structural yang jelas. Hal ini sangat berkaitan nantinya dengan faktor yang kelima, yakni pemberdayaan sumber daya manusia di bidang irigasi.
(nanDatinSDA)
Publisher : Lita.psg
Istiqomah Aprilia R // 13079 // A2.1

Integrasi Budidaya Tanaman Tebu dan Ternak Sapi agar Saling Menguntungkan


antarafoto-1350715822-_thumb[2]
Sistem pertanian terpadu merupakan penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu sistem usaha pertanian terpadu. Sistem ini mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan. Di Indonesia model ini masih sebatas wacana karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan diperlukan modal yang cukup tinggi. Padahal usaha ini sangat cocok dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi. Beberapa diversifikasi pertanian terpadu seperti minapadi dan longyam mengadopsi model pertanian terpadu.

Salah satu sistem pertanian terpadu pada kegiatan budidaya tanaman tebu adalah dengan mengintegrasikannya dengan peternakan sapi. Selain itu, dapat dikembangkan lagi dengan melibatkan peternakan cacing tanah dan produksi biogas. Hasil kegiatan budidaya tebu akan memberikan sisa hasil berupa ampas tebu, tetes dan daun saat panen. Ampas tebu selain digunakan sebagai bahan bakar pemasak di pabrik gula juga dapat digunakan untuk briket, bahan baku pulp, bahan kimia (xylitol,methanol dan metana) dan bioetanol melalui fermentasi.

Tetes tebu merupakan sumber energi bagi pakan ternak. Penambahan 5% tetes tebu dalam pakan akan menaikkan berat badan sapi karena meningkatkan jumlah energi dalam pakan dan cita rasa. Pada industri pakan, tetes tebu juga digunakan sebagai pembentuk pellet (pellet binder).
Pada sistem ini kotoran sapi juga berfungsi sebagai media pembiakkan cacing tanah dan bahan baku biogas. Pembiakkan cacing tanah dilakukan 40 hari kemudian dapat dipanen. Media pembiakkan cacing tanah juga bernilai ekonomi dan disebut vermikompos. Dari 100 kg media pembiakkan dapat diperolah 70 kg vermikompos. Vermikompos mengandung phosphor (0,6 – 0.7%), kalium (1,6 – 2,1%),nitrogen total (1,4 – 2,2%), C/N rasio (12,5 – 19,2), magnesium (0,4 – 0,95%), calsium (1,3 – 1,6%), pH 6,5 – 6,8 dan kandungan bahan organik 40,1 – 48,7%. Vermikompos dan pupuk kompos dari biogas dapat digunakan untuk pupuk bagi tanaman tebu dan buah-buahan.
sapi3_thumb[2]
Pembuatan Integrated Farming System
Faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendesain Integrated Farming System :
1. Modal
  • Modal meliputi modal teknis dan non teknis. Modal teknis meliputi biaya pembuatan kandang, harga tanah untuk lahan tanam dll. Peternak dapat meninjau keadaan lingkungan untuk kandang, ketersediaan air dll. Kemudian perlu diperhitungkan modal yang dibutuhkan, kapan modal akan kembali dan resiko yang akan dihadapi.
  • Modal non teknis menyangkut perizinan usaha karena integreted farming system merupakan gabungan pertanian, peternakan dan perikanan.
2. Tenaga kerja
Dibutuhkan tenaga kerja sesuai besarnya usaha yang direncanakan.
3. Teknologi
Penggunaan teknologi yang baik akan berpengaruh terhadap modal dan tenaga kerja.
4.Keuntungan
Keuntungan bersih diperoleh dari selisih antara biaya dan pendapatan kotor.Perhitungan biaya berdasarkan kegiatan produksi yaitu biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang harus dikeluarkan meski usaha sedang tidak berjalan misalnya penyusutan kandang, retribusi dll, biaya variabel yaitu biaya yang jumlahnya mengikuti volume produksi misalnya biaya pakan, – pupuk, obat-obatan dsb. Biaya tetap dan biaya variabel merupakan biaya total.

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini, kepada Allah saya memohon ampun jika ada salah. Wallahu a’alm bish shawab.
Sumber :
http://manistebuku.blogspot.com/
http://www.ptpn-11.com/integrasi-budidaya-tanaman-tebu-dan-ternak-sapi-agar-saling-menguntungkan.html

Siti Rohmah//13067//A2.1